Minggu, 23 November 2014

Rujak Pesanan



Duduk paling pojok di angkot (Makassar: Petepete) adalah posisi paling nyaman buat saya. Di pete-pete cuma kami bertiga, saya, seorang ibu umur lima puluhan tahun dan supir pete-pete. Mungkin karena hujan penumpang sepi, pikirku. Pete-pete terus melaju seakan berlomba dengan derasnya hujan.

Setelah berbelok ke jalan Pettarani, hujan yang deras seolah kehilangan debit air. Hujan yang semula air dituang dari langit berubah menjadi rintik-rintik.

Di depan Telkom, pete-pete berbelok menuju arah Alauddin. Saat tiba-tiba ibu tadi setengah berteriak pada sopir.
“Daeng berentiki dulu,” pintanya pada sopir petepete.
“Mauka beli rujak.”

Saya yang sedang asyik dengan dunia maya hanya mendongak sekenanya karena permintaan ibu tadi ke Pak supir.

“Mas, rujaknya berapa?” teriak si Ibu melalui jendela pete-pete ke panjual rujak.
“Delapan ribu, Bu,” jawab si tukang rujak mendekati ibu itu.
“Wah, saya kira lima ribu Mas,” keluh si ibu.

Hmmmm… Mungkin efek kenaikan bahan bakar minyak, harga rujak pun mengalami kenaikan. Beberapa waktu yang lalu saya membeli rujak harganya masih tujuh ribu.

“Adaji orang titip sama saya Mas minta dibelikan. Tapi karena delapan ribu tidak jadiji,” ucap si ibu kemudian.

Saya mengira transaksi ini tidak berlanjut karena ketidak sepahaman harga yang diajukan pembeli dan pedagang. Namun beberapa saat kemudian Mas penjual rujak datang menghampiri si ibu membawa sebungkus rujak. Mungkin karena hujan deras menjelang ataukah kata-kata terakhir ibu itu akhirnya penjual rujak merelakan tiga ribunya.

Setelah menerima rujak dan uang kembalian, bungkus rujak itu dibukanya. Bumbu rujak yang dibungkus plastik kecil pun dibuka dengan tergesa-gesa sampai bungkus ulekan cabe terjatuh di lantai petepete. Satu demi satu potongan buah itu dicocol ke bumbu dan cabe rujaknya kemudian dimakan dengan lahap. Sangat lahap malah.  Saya melongo melihat kelakuan ibu itu. Lho, bukannya tadi rujak itu pesanan seseorang? Saya menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya, memang tidak sesuainya perkataan dan perbuatan telah menjadi kebiasaan. (Muj)  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar