Senin, 06 April 2015

75 ke 64



Entah kali keberapa dokter selalu menegur saya tentang berat badan yang jauh dari berat badan ideal. Dengan tinggi 150 cm beratku mencapai 75 kg bahkan pernah mencapai 78 kg. Tapi yang terakhir 75 kg di bulan Desember 2014.Berdasarkan kalkulator berat ideal hasil pengukuran menunjukkan Tubuh sangat obesitas (Berdasarkan Standar Internasional yang sering digunakan).

Sampai tahun 2013 hampir dipastikan sekali dalam 3 bulan saya harus kontrol ke dokter THT karena infeksi di telinga. Infeksi yang membuat telinga seperti disumbat dan terdengar dengungan sepanjang hari, ditambah rasa sakit yang luar biasa. Bahkan saya beberapa kali demam karena infeksi itu.
“Sering makan bakso sama mie instan kah?” tanya dokter malam itu.
“Iye, dok, makanan favorit sekalimi itu,” saya tersenyum malu-malu menjawab tanya dokter.
“Ai..sudah-sudahmi makan terus yang berpenyedap. Itumi semua, pengawet, penyedap bikin begini telingamu. Ditambah makanan berlemak jadi begitumi badanmu. Kamu masih muda, tapi bisa kena kolesterol dan jantung.”

Dialog itu bukan hanya sekali. Tapi karena mindset yang kuat telah tertanam dibenak saya, “emang kenapa dengan gemuk? Big is beautiful. Selama saya baik-baik saja (abaikan infeksi telinga), biarlah begini-begini saja."

Tapi akhirnya mindset itu perlahan saya depak dari pikiran setelah beberapa kali mendapat komentar dari teman-teman saat bertemu kembali setelah bertahun-tahun.
“Ihhh gendutmu!”
“Kenapako begini?”
“Bagusnya badanmu dulu.”

Ahh kata-kata itu benar-benar pukulan keras untuk seorang perempuan. Akhirnya beberapa metode diet saya mulai terapkan. Termasuk menerapkan tidak sarapan yang diperkenalkan seorang mentalis  Indonesia. Tapi hanya bertahan sebulan. Kemudian saya terpengaruh mengkonsumsi obat diet dari seorang teman. Tapi karena hampir pingsan setelah menenggak 2 pil, saya berhenti mengkonsumsi obat itu hari itu juga. Dan akhirnya saya angkat tangan untuk berdiet. Inilah saya.

Namun diagnosa dokter awal Desember 2014 tentang penyakit (maaf belum percaya diri mengungkapkan sakitnya) yang kambuh lagi (2007 dan 2009 saya menderita sakit yang sama) membuat saya begitu shock. Ehhh ini bukan lagi tentang infeksi telinga.

Disitulah saya bertekad untuk hidup sehat. Selain mengkonsumsi obat herbal, mulailah saya rutin berjalan dan berlari pagi. Selain itu saya mulai menerapkan Food Combining (FC). Sebenarnya saya telah bergabung beberapa bulan sebelumnya di grup Food Combining Indonesia di facebook, tapi hanya sebagai pembaca. Keinginan menerapkannya belum terpikirkan sama sekali.

Minggu ketiga Desember 2014, IIDN Makassar, sebuah komunitas yang mewadahi ibu-ibu (dan calon ibu-ibu) penulis Makassar, mengadakan kopdar. Saat itu saya menghadiri kopdar memakai terusan yang sudah tiga tahun jadi penunggu lemari karena tidak muat untuk dipakai lagi.
“Kurusnya,” begitulah teman-teman IIDN berkomentar hari itu. Secara mereka melihat perubahan drastis pada saya jika membandingkan saya di kopdar sebelumnya dan kopdar sekarang.

Akhir Maret kemarin saya menyempatkan diri menimbang berat badan. Saya melongo melihat jarum penunjuk angka timbangan. Rasa tidak percaya menguasai saya. 75 berubah menjadi 64. Berarti saya telah kehilangan 11 kilogram. Saya menganggap ini sebuah prestasi luar biasa. Dan ini hanyalah bonus dari FC.

Penururnan berat badan yang signifikan ini bukanlah tujuan awal saya menerapkan FC. Niat awal saya hanya ingin hidup sehat. Apa yang saya rasakan selama berFC? Sejak bulan pertama berlalu, saya bisa merasakan penyakit itu berkurang. Sampai 3 bulan mengkonsumsi obat herbal dan menerapkan FC penyakit itu benar-benar hilang berdasarkan perasaan saya. Bulan ini harusnya saya melakukan kontrol ke dokter tapi masih terkendala beberapa alasan.

Banyak pola hidup sehat yang ditawarkan tapi bagi saya Food Combining adalah pilihan tepat. (Muj)    

2 komentar:

  1. Hayoo kontrol lagi, pastikan kalau sudah benar2 hilang :)


    Iih Ida ... cobanya ini diikutkan di GAnya Food Combining yang saya share tempo hari, cocoknya tulisannya. Tapi lewat mi :)

    BalasHapus
  2. Insyaa Allah kak Niar secepatnya, lagi mengumpulkan keberanian dulu hihihihi...

    Pengen nulis ini baru hari minggu kak hehehe...karena mmg baru nimbang

    BalasHapus