Sabtu, 27 Desember 2014

Kebun Sayur Mama



Mau masak sayur segar itu gampang. Cukup keluar rumah dan menuruni tangga rumah panggung. Then, tik petik sayur. Begitulah kesegaran dipetik saat berada di kampung, di rumah kami.








Mama adalah seorang petani tulen. Mungkin karena terlahir dari orang tua petani dan bersuamikan seorang petani. Ketika masih sehat, sebelum asam urat dan rematik menggerogoti tulangnya, mama selalu menemani papa ke kebun setiap hari ahad dan libur sekolah.

Sebagai seorang petani tulen, mama mengubah pekarangan menjadi penyedia sayur segar untuk kami. Disaat sayuran mahal, sayuran depan rumah lumayan menutupi anggaran lebih yang harus dikeluarkan jika harus selalu membeli sayur. 

Dengan tangan dinginnya beragam sayur yang ditanam tumbuh dengan subur. Yang sering menuai kekaguman siapa saja yang lewat melihat sayur-sayuran mama. Pun tidak jarang beberapa ibu meminta sayur mama saat musim kemarau melanda.


Beragam tanaman sayur yang menghuni kebun mama, ada empat pohon sayur kelor. Di sela-sela pohon-pohon kelor ini berjejer, bayam, cabai rawit, labu, dan jeruk purut yang berbuah sepanjang tahun. 

 




















Di ujung taman tumbuh sereh dan satu batang terong. Semua tanaman ini ditanam dikebun yang luasnya tidak lebih 0,5 x 3 meter.  Yah hanya dengan ukuran yang sangat mini, berbagai macam sayuran bisa tumbuh. 









Tidak hanya memanfaatkan kebun mini ini, beberapa tanaman juga ditanam di dalam pot atau plastik bekas deterjen atau minyak goreng, seperti kangkung, kucai dan daun seledri. 








 Pun beberapa tanaman hias juga menghiasi kebun mini mama sekalipun harus ditanam di dalam pot.
Bukan hanya kebun mini, mama juga memelihara ayam kampung di kolong rumah panggung kami. Kotoran ayam kampung ini dijadikan pupuk alami mama untuk tanaman-tanamannya. (Muj)














Tidak ada komentar:

Posting Komentar