Mau masak sayur segar itu gampang.
Cukup keluar rumah dan menuruni tangga rumah panggung. Then, tik petik sayur.
Begitulah kesegaran dipetik saat berada di kampung, di rumah kami.
Mama adalah seorang petani tulen.
Mungkin karena terlahir dari orang tua petani dan bersuamikan seorang petani. Ketika
masih sehat, sebelum asam urat dan rematik menggerogoti tulangnya, mama selalu
menemani papa ke kebun setiap hari ahad dan libur sekolah.
Sebagai seorang petani tulen,
mama mengubah pekarangan menjadi penyedia sayur segar untuk kami. Disaat
sayuran mahal, sayuran depan rumah lumayan menutupi anggaran lebih yang harus
dikeluarkan jika harus selalu membeli sayur.
Dengan tangan dinginnya beragam
sayur yang ditanam tumbuh dengan subur. Yang sering menuai kekaguman
siapa saja yang lewat melihat sayur-sayuran mama. Pun tidak jarang beberapa ibu
meminta sayur mama saat musim kemarau melanda.
Beragam tanaman sayur yang
menghuni kebun mama, ada empat pohon sayur kelor. Di sela-sela pohon-pohon
kelor ini berjejer, bayam, cabai rawit, labu, dan jeruk purut yang berbuah
sepanjang tahun.
Di ujung taman tumbuh sereh dan satu batang terong. Semua
tanaman ini ditanam dikebun yang luasnya tidak lebih 0,5 x 3 meter. Yah hanya dengan ukuran yang sangat mini, berbagai
macam sayuran bisa tumbuh.
Tidak hanya memanfaatkan kebun mini ini, beberapa
tanaman juga ditanam di dalam pot atau plastik bekas deterjen atau minyak
goreng, seperti kangkung, kucai dan daun seledri.
Pun beberapa tanaman hias
juga menghiasi kebun mini mama sekalipun harus ditanam di dalam pot.
Bukan hanya kebun mini, mama juga
memelihara ayam kampung di kolong rumah panggung kami. Kotoran ayam kampung ini
dijadikan pupuk alami mama untuk tanaman-tanamannya. (Muj)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar