Minggu, 13 Juli 2014

Doa Dadakan

Ketika disuatu acara, tiba-tiba pembawa acara menyebut namamu sebagai pengantar acara saat itu juga, apa yang akan kamu lakukan? Syukur-syukur jika kamu adalah tipe orang yang tiba masa tiba akal. Kalau aku sih enggak banget. Aku adalah orang yang butuh persiapan matang jauh sebelum tampil di depan umum. Setidaknya minimal sehari sebelum acara, masih bisa aku tolerir.

Seperti itulah yang aku alami saat dilantik menjadi pengurus Himpunan Mahasiawa Jurusan Biologi. Jika mengingat kejadian itu huaaaa rasanya masih sangat memalukan bahkan setelah 10 tahun berlalu. Masih segar diingatan saat kurasakan pipiku memanas. Dadaku bergemuruh. Mukaku yang kehilangan senyum manisnya (cieee…) karena bibir yang lengkungannya mengarah ke atas hehehe…
Saat menjadi mahasiswa baru, aku sangat berbeda dengan teman-temanku. Aku lebih memilih menyibukkan diri dalam kepengurusan himpunan mahasiswa jurusan dari pada bersenang-senang.
Pemilihan ketua dan sekretaris himpunan dipilih melalui forum musyawarah jurusan. Setelah itu, ketua yang terpilih ini akan membentuk satu kepengurusan dengan merekrut bebrapa anggota dari tiap angkatan. Saat kepengurusan terbentuk maka diadakanlah acara pelantikan pengurus.

Setelah beberapa hari dilakukan rapat persiapan pelantikan, hari yang dinantikan itu tiba. Jas almamater orange dengan bangga kukenakan. Semua pengurus dan para undangan telah berkumpul di ruangan. Aku memilih kursi paling pojok, memandangi MC membuka acara. Satu demi satu acara dilewati hingga tibalah pada acara penghujung, pembacaan doa.
“Acara selanjutnya adalah pembacaan doa…” ujar sang MC menggantungkan kalimatnya sambil memandangiku.
Namun, aku tidak punya firasat apapun dari tatapannya itu. Mataku kembali sibuk memandangi sobekan-sobekan tissue di atas meja bersamaan lincah jemariku memungutinya satu persatu.
“…oleh adinda Mujahidah Basarang,” sambung MC.

Glek… Apa? Sesaat kurasakan jantungku berhenti berdetak (untung cuma sesaat) dan diiringi ribuan detakan saling memburu.
Kupelototkan mataku ke MC seolah berkata,”Hei, yang benar saja? Mana ada seperti ini.”
Rasanya ingin kabur tapi bagaimana?
Untuk sekian menit, acara menjadi terhenti. Sampai beberapa pasang mata memandangiku. 
Apa yang harus aku lakukan? Hiks… jadi pembaca doa dihadapan orang-orang adalah yang pertama selama hidupku. Apa yang harus aku baca? 


Dengan bibir cemberut, memberenggut marah pada seksi acara, kulangkahkan kakiku tepatnya menyeret kakiku untuk berdiri di depan podium. Membacakan doa dihadapan Pak Dekan, Ketua Jurusan, Bapak/Ibu Dosen, Ketua Maperwa Fakultas, Ketua BEM Fakultas, Ketua-ketua Himpunan Jurusan sefakultas dan teman-teman pengurus lainnya. 

Saat berdiri di depan podium itu, lututku gemetar hebat. Otakku masih sibuk mondar-mandir mencari file doa yang harus kulafalkan. Akhirnya aku memulainya dengan mengucapkan salam disusul doa Nabi Musa (Rabbisyrahlishadrii…), Al fatihah, doa penutup setelah latihan silat saat masih kecil (Allahumma arinal haqqa haqqa…), kemudian kututup dengan doa kebaikan dunia dan akhirat (Rabbanaa atinaa fiddunyaa…). Mungkin Allah tidak mendengar doa ini, apa lagi untuk mengabulkannya. Doa dadakan yang dibaca terpaksa tanpa keikhlasan sedikit pun. Wallahu ‘alam.





3 komentar:

  1. Duh ngebayangin gimana gugupnya ditodong seperti itu. Aku juga pernah ngerasain, lebih buruk malah, aku milih kabur wkwkwkw

    Makasih mbak sudah ikutan lagi

    BalasHapus
  2. hehehehe....tapi doanya lumayan mbk,hihi dikerjain ya ^^

    terdaftar
    terima kasih sudah mengikuti GA silly moment
    salam^^

    BalasHapus