Ketika
disuatu acara, tiba-tiba pembawa acara menyebut namamu sebagai pengantar acara
saat itu juga, apa yang akan kamu lakukan? Syukur-syukur jika kamu adalah tipe
orang yang tiba masa tiba akal. Kalau aku sih enggak banget. Aku adalah orang
yang butuh persiapan matang jauh sebelum tampil di depan umum. Setidaknya minimal
sehari sebelum acara, masih bisa aku tolerir.
Seperti itulah yang aku alami saat dilantik menjadi pengurus Himpunan Mahasiawa Jurusan Biologi. Jika mengingat kejadian itu huaaaa rasanya masih sangat memalukan bahkan setelah 10 tahun berlalu. Masih segar diingatan saat kurasakan pipiku memanas. Dadaku bergemuruh. Mukaku yang kehilangan senyum manisnya (cieee…) karena bibir yang lengkungannya mengarah ke atas hehehe…
Saat
menjadi mahasiswa baru, aku sangat berbeda dengan teman-temanku. Aku lebih
memilih menyibukkan diri dalam kepengurusan himpunan mahasiswa jurusan dari
pada bersenang-senang.
Pemilihan ketua dan sekretaris
himpunan dipilih melalui forum musyawarah jurusan. Setelah itu, ketua yang
terpilih ini akan membentuk satu kepengurusan dengan merekrut bebrapa anggota
dari tiap angkatan. Saat kepengurusan terbentuk maka diadakanlah acara
pelantikan pengurus.
Setelah beberapa hari dilakukan rapat persiapan pelantikan, hari yang dinantikan itu tiba. Jas almamater orange dengan bangga kukenakan. Semua pengurus dan para undangan telah berkumpul di ruangan. Aku memilih kursi paling pojok, memandangi MC membuka acara. Satu demi satu acara dilewati hingga tibalah pada acara penghujung, pembacaan doa.
Setelah beberapa hari dilakukan rapat persiapan pelantikan, hari yang dinantikan itu tiba. Jas almamater orange dengan bangga kukenakan. Semua pengurus dan para undangan telah berkumpul di ruangan. Aku memilih kursi paling pojok, memandangi MC membuka acara. Satu demi satu acara dilewati hingga tibalah pada acara penghujung, pembacaan doa.
“Acara selanjutnya adalah pembacaan
doa…” ujar sang MC menggantungkan kalimatnya sambil memandangiku.
Namun, aku tidak punya firasat apapun dari tatapannya itu. Mataku kembali sibuk memandangi sobekan-sobekan tissue di atas meja bersamaan lincah jemariku memungutinya satu persatu.
“…oleh adinda Mujahidah Basarang,” sambung MC.
Glek… Apa? Sesaat kurasakan jantungku berhenti berdetak (untung cuma sesaat) dan diiringi ribuan detakan saling memburu.
Kupelototkan mataku ke MC seolah berkata,”Hei, yang benar saja? Mana ada seperti ini.”
Rasanya ingin kabur tapi bagaimana?
Untuk sekian menit, acara menjadi terhenti. Sampai beberapa pasang mata memandangiku.
Apa yang harus aku lakukan? Hiks… jadi pembaca doa dihadapan orang-orang adalah yang pertama selama hidupku. Apa yang harus aku baca?
Namun, aku tidak punya firasat apapun dari tatapannya itu. Mataku kembali sibuk memandangi sobekan-sobekan tissue di atas meja bersamaan lincah jemariku memungutinya satu persatu.
“…oleh adinda Mujahidah Basarang,” sambung MC.
Glek… Apa? Sesaat kurasakan jantungku berhenti berdetak (untung cuma sesaat) dan diiringi ribuan detakan saling memburu.
Kupelototkan mataku ke MC seolah berkata,”Hei, yang benar saja? Mana ada seperti ini.”
Rasanya ingin kabur tapi bagaimana?
Untuk sekian menit, acara menjadi terhenti. Sampai beberapa pasang mata memandangiku.
Apa yang harus aku lakukan? Hiks… jadi pembaca doa dihadapan orang-orang adalah yang pertama selama hidupku. Apa yang harus aku baca?
Dengan bibir cemberut, memberenggut
marah pada seksi acara, kulangkahkan kakiku tepatnya menyeret kakiku untuk
berdiri di depan podium. Membacakan doa dihadapan Pak Dekan, Ketua Jurusan,
Bapak/Ibu Dosen, Ketua Maperwa Fakultas, Ketua BEM Fakultas, Ketua-ketua
Himpunan Jurusan sefakultas dan teman-teman pengurus lainnya.
Saat berdiri di depan podium itu,
lututku gemetar hebat. Otakku masih sibuk mondar-mandir mencari file doa yang
harus kulafalkan. Akhirnya aku memulainya dengan mengucapkan salam disusul doa
Nabi Musa (Rabbisyrahlishadrii…), Al fatihah, doa penutup setelah latihan silat
saat masih kecil (Allahumma arinal haqqa haqqa…), kemudian kututup dengan doa
kebaikan dunia dan akhirat (Rabbanaa atinaa fiddunyaa…). Mungkin Allah tidak
mendengar doa ini, apa lagi untuk mengabulkannya. Doa dadakan yang dibaca
terpaksa tanpa keikhlasan sedikit pun. Wallahu ‘alam.
Doa dadakan pun terlewati :)
BalasHapusDuh ngebayangin gimana gugupnya ditodong seperti itu. Aku juga pernah ngerasain, lebih buruk malah, aku milih kabur wkwkwkw
BalasHapusMakasih mbak sudah ikutan lagi
hehehehe....tapi doanya lumayan mbk,hihi dikerjain ya ^^
BalasHapusterdaftar
terima kasih sudah mengikuti GA silly moment
salam^^