Kamis, 04 Agustus 2016

Karena Ali dan Fatimah

Hari ini saya lebih pagi berangkatnya. Beberapa hari kemarin selalu saja berangkat terburu-buru. Rasanya tidak nyaman berkejaran dengan waktu yang selalu melaju konstan. Alhasil check lock dalam seminggu ini sudah dua kali merah. Berarti uang transpor dua hari melayang. Jadilah saya bertekad harus berangkat lebi
h pagi.


Setelah duduk manis di pete-pete (angkot), buku SAYAP-SAYAP SAKINAH yang merupakan tulisan duet penulis Afifah Afra dan Riawani Elyta saya keluarkan dari tas. Sebenarnya beli buku ini sudah lama dan baru baca setengahnya jadinya dibaca ulang dari awal. 


Jodoh adalah misteri seperti pada bab MISTERI JODOH yang dituliskan dengan apik. Beberapa kisah perjodohan yang paling hits sepanjang zaman melengkapi BAB ini. Dan akhirnya buli-bulir hangat membasahi bola mata tatkala membaca kisah Ali dan Fatimah. Ali Bin Abi Thalib yang menginginkan Fatimah Az-Zahrah, putri Rasulullah, untuk dijadikan istri. Namun beliau ciut karena Ali hanyalah pemuda miskin. Ditambah lagi Abu Bakar telah menyampaikan lamarannya ke ayah Fatimah. Namun ditolak dengan halus. Angin segar buat Ali kan? Harapannya kembali tumbuh untuk memperistri Fatimah. Tapi lagi-lagi harapan itu terhempas karena Umar bin Khattab melamar Fatimah. Dan lagi-lagi ditolak oleh Rasulullah. 

Ali bin Abi Thalib tidak membuang kesempatan di hadapannya. Ali pun meminang Fatimah untuk dirinya. Untuk menjawab lamaran itu Rasulullah bertanya ke Ali tentang mahar. Namun Ali tidak punya apa-apa. 
"Di mana baju perangmu yang hitam, yang aku berikan kepadamu?" tanya Rasulullah. Pertanyaan itu pun menjadi solusi untuk Ali setelah Rasulullah mengatakan berikan itu kepada Fatimah sebagai mahar.

Tidak hanya sampai di situ. Menjelang pernikahan, Rasulullah Muhammad SAW, membuatkan baju pengantin untuk Fatimah. Baju yang sedikit lebih layak dibanding baju-baju Fatimah yang penuh tambalan. Menjelang pernikahan Fatimah malah memberikan baju itu untuk seoarang pengemis. Baju pengantin itu digantikan oleh Allah melalui perantara Jibril, sebuah baju pengantin dari sutera berwarna hijau yang jauh lebiah bagus dari baju yang sudah diberikan kepada pengemis.

Membaca kisah ini membuat mata berkaca-kaca.  Pagi-pagi sudah melo, saya banget orangnya. Semua karena Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahrah.

Bacanya dilanjut nanti, pete-pete sudah di depan kampus.
"Kiri, Pak," saya berteriak memberikan isyarat agar pete-pete berhenti.




















Tidak ada komentar:

Posting Komentar