Satu pesan singkat terkirim dari telepon genggamku ke salah
seorang sahabat sewaktu kuliah S1 dulu. Fath astri Damayanti namanya. Kejadiannya
mungkin sekitaran tahun 2007 atau 2008. Sudah lupa tepatnya.
Belum,
bentar lagi kenapa?
Tidak lama pesan balasan dari Fath masuk
di telepon genggamku.
Punya
kaos kaki lebih? Pinjam dong!
Pesan balasan pun terkirim
Ok.
Jawabnya singkat
***
Pagi itu hujan sangat deras. Tapi saya
harus tetap berangkat ke kampus. Ada kuliah pagi. Saat musim penghujan sepatu
yang paling tepat digunakan adalah sepatu plastik. Saat harus menginjak
genangan air tidak ada kekhawatiran pada sepatu. Bagaimana menjemurnya? Bagaimana
jika lemnya terlepas? Pokoknya santai saja dengan kondisi jalanan yang berair
dan berlumpur sekalipun.
Saat melihat jalanan yang penuh genangan
air saya merasa sayang memakai kaos kaki. Nanti sampai kampus toh akan basah
juga. Lebih baik kaos kakinya dimasukkan tas saja, pikirku.
Saya kemudian melintasi genangan air melenggang
keluar kompleks untuk mendapatkan angkot. Untuk sampai ke kampus saya harus
berganti angkot dua kali. Sebenarnya letak kampus dari rumah tidaklah terlalu
jauh, tapi jalur dekat tidak ada akses angkot. Tetap saja harus berjalan kaki
lebih jauh setelah keluar kompleks kemudian naik angkot dua kali.
Seperti biasa posisi ternyaman saat
diangkot bagi saya adalah duduk di pojokan. Setelah berganti angkot kedua, saya
mengubek-ubek isi tas mencari kaos. Ternyata saya lupa memasukkannya ke tas. Aduh gimana
dong? Bisa-bisa saya seharian menggigil di kampus tanpa kaos kaki, pikirku
sambil terus mencari solusi. Oke, sms Fath saja, semoga saja belum berangkat.
Kenapa Fath? Karena diantara sekian banyak sahabat yang tinggal dekat kampus,
hanya Fath yang memiliki ukuran kaki hampir sama dengan saya.
Bukan sekali ini saja saya meminjam
kaos kaki Fath. Seingat saya kejadian seperti ini berlangsung dua kali. Fath
hanya bisa menggeleng-geleng heran ketika menyerahkan kaos kakinya. Tapi kaos
kaki yang satu entah ada di mana.
***
Kaos kaki abu-abu yang dipinjamkan Fath
masih tersimpan, malah sesekali masih dipakai. Setiap akan mengenakan kaos kaki
itu, saya akan bercerita pada siapa saja di samping saya bagaimana kaos teman
bisa ada pada saya. Mungkin orang-orang serumah, bahkan adik-adik sepupu bahkan
tante-tante telah mendengarnya.
Melalui tulisan ini, saya ingin meminta
maaf pada Fath. Karena tidak sempat mengembalikannya sebelum dia kembali ke
Kalimantan. Saya pun berharap, Fath mengikhlaskan kedua kaos kakinya untukku,
sekalipun kaos kaki krem garis coklat telah hilang entah kemana. Hitung-hitung
sebagai kenang-kenangan. Kedip penuh harap ke Fath ^_*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar