Sabtu, 10 Januari 2015

Pinjam Kaos Kaki, Dong!



Udah berangkat belum?
Satu pesan singkat terkirim dari telepon genggamku ke salah seorang sahabat sewaktu kuliah S1 dulu. Fath astri Damayanti namanya. Kejadiannya mungkin sekitaran tahun 2007 atau 2008. Sudah lupa tepatnya.

Belum, bentar lagi kenapa?
Tidak lama pesan balasan dari Fath masuk di telepon genggamku.


Punya kaos kaki lebih? Pinjam dong!

Pesan balasan pun terkirim

Ok.
Jawabnya singkat
***
Pagi itu hujan sangat deras. Tapi saya harus tetap berangkat ke kampus. Ada kuliah pagi. Saat musim penghujan sepatu yang paling tepat digunakan adalah sepatu plastik. Saat harus menginjak genangan air tidak ada kekhawatiran pada sepatu. Bagaimana menjemurnya? Bagaimana jika lemnya terlepas? Pokoknya santai saja dengan kondisi jalanan yang berair dan berlumpur sekalipun.

Saat melihat jalanan yang penuh genangan air saya merasa sayang memakai kaos kaki. Nanti sampai kampus toh akan basah juga. Lebih baik kaos kakinya dimasukkan tas saja, pikirku.

Saya kemudian melintasi genangan air melenggang keluar kompleks untuk mendapatkan angkot. Untuk sampai ke kampus saya harus berganti angkot dua kali. Sebenarnya letak kampus dari rumah tidaklah terlalu jauh, tapi jalur dekat tidak ada akses angkot. Tetap saja harus berjalan kaki lebih jauh setelah keluar kompleks kemudian naik angkot dua kali.

Seperti biasa posisi ternyaman saat diangkot bagi saya adalah duduk di pojokan. Setelah berganti angkot kedua, saya mengubek-ubek isi tas mencari kaos. Ternyata saya lupa memasukkannya ke tas. Aduh gimana dong? Bisa-bisa saya seharian menggigil di kampus tanpa kaos kaki, pikirku sambil terus mencari solusi. Oke, sms Fath saja, semoga saja belum berangkat. Kenapa Fath? Karena diantara sekian banyak sahabat yang tinggal dekat kampus, hanya Fath yang memiliki ukuran kaki hampir sama dengan saya.

Bukan sekali ini saja saya meminjam kaos kaki Fath. Seingat saya kejadian seperti ini berlangsung dua kali. Fath hanya bisa menggeleng-geleng heran ketika menyerahkan kaos kakinya. Tapi kaos kaki yang satu entah ada di mana.
***
Kaos kaki abu-abu yang dipinjamkan Fath masih tersimpan, malah sesekali masih dipakai. Setiap akan mengenakan kaos kaki itu, saya akan bercerita pada siapa saja di samping saya bagaimana kaos teman bisa ada pada saya. Mungkin orang-orang serumah, bahkan adik-adik sepupu bahkan tante-tante telah mendengarnya.

Melalui tulisan ini, saya ingin meminta maaf pada Fath. Karena tidak sempat mengembalikannya sebelum dia kembali ke Kalimantan. Saya pun berharap, Fath mengikhlaskan kedua kaos kakinya untukku, sekalipun kaos kaki krem garis coklat telah hilang entah kemana. Hitung-hitung sebagai kenang-kenangan. Kedip penuh harap ke Fath ^_*

Nulis ini sambil ngakak. (Muj)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar