Rabu, 11 Januari 2017

Bazar RT 04

"Di perumahan mewah begini memang susah cari makan, bu," ujar supir mobil yang dipesan melalui aplikasi online malam itu saat mengantarkan kami, saya dan beberapa orang mahasiswa ke rumah kos. Oh iya, cerita ini masih seputar mengantarkan mahasiswa mengejar ilmu ke Surabaya alias PKL atau Praktek Kerja Lapang.


Dan tepat sekali apa yang dikatakan Pak Supir itu. Di perumahan ini sangat susah mendapatkan makanan. Untuk bisa makan, kami harus keluar untuk sekedar mencari warung atau gerobak dorong penjual nasi goreng atau mie ayam.  Untungnya selama tiga hari di Surabaya saya lebih sering keluar menikmati kota Surabaya ketimbang berdiam di rumah sehingga makan siang/malam lebih gampang didapat.

Hari Ahad tanggal 1 Januari 2017, kami berkesempatan mencari makan di bazar warga yang berada di belakang perumahan. Bazar itu hanya ada setiap hari Ahad. Setelah berjalan sejauh kurang lebih 500 meter melewati jalanan perumahan yang lebar, tibalah kami di jalanan gang yang sempit. Lha bazarnya mana? Setelah dua kali bertanya tibalah kami di bazar RT 04.



Deretan tenda pedagang berwarna-warni berderet di tanah yang lapang. Kurang lebih seperti itulah yang tergambar di kepala ketika disebut kata bazar. Tapi bazar ini memanjang sepanjang jalanan gang yang mungkin hanya bisa dilewati satu mobil saja. Hanya beberapa pedagang yang memakai tenda. Selebihnya menggelar lapak menggunakan tikar plastik, gerebok atau sekedar meja-meja kecil.



Memasuki bazar itu terpampang plang jalan bertuliskan larangan masuk bagi kendaraan. Sehingga kendaraan roda dua berderet sepanjang jalan. Warga berbondong-bondong mendatangi bazar yang diadakan seminggu sekali. Segala macam kebutuhan harian dijual di sini.







Menurut saya bazar ini seperti pasar dadakan yang biasa saya temui di lorong-lorong di Makassar. Tapi ini berbeda, meskipun semua kebutuhan mulai dari makanan, pakaian, seprei, aksesoris, alat-alat perlengkapan masak, alat-alat pertukangan, media belajar anak, sepatu, sandal, mainan, ayam warna-warni, burung-burung bahkan ikan cupang tapi tidak ada satupun yang menjual sayur atau ikan mentah.




Setelah menelusuri bazar sepanjang jalan, tidak lupa mengambil beberapa gambar, saya berbalik arah mencari makan. Dari beberapa pedagang makanan yang saya lewati, saya memilih pedagang yang menjual nasi jagung. Nasi jagungnya dilengkapi urap sayur. Untuk lauknya, saya memilih tahu, tempe dan sambal terong.
"Lima ribu, Mbak," ujar ibu penjual makanan agak keras gara-gara saya bertanya harga dua kali saking tidak percaya harganya. Dipikiran saya setidaknya harus menyiapkan lima belas ribu rupiah.



Setelah mendapatkan makanan yang kami inginkan, saya dan mahasiswa kembali ke rumah kos sambil menjinjing kantong belanjaan. Alhamdulillah perut aman pagi ini.





2 komentar: