Kamis, 06 Oktober 2016

Kentjan Ala Ida dan Om Bush

Kemarin dan kemarinnya (haddehhh bilang aja 2 hari yang lalu ^_^) selalu pulang menjelang magrib. Dan hari ini pulangnya juga telat cuma gak telat-telat amat. Berhubung Om Bush besok mau pulang ke Enrekang jadinya tadi pas dijemput kita memutuskan untuk menghabiskan sore di Pantai Losari. Ngebayangin duduk berdua di pinggir pantai bermandikan sinar oranye matahari yang semakin tenggelam. Ahhh syahdunya.
Matahari tenggelam pantai Losari yang ngehits itu, sore ini tidak nampak. Tapi tetap saja pesona Losari selalu berhasil menjadi idola tempat bersantai sore hari bagi sebagian warga Kota Makassar. Beberapa pengunjung sibuk memasang gaya terus cekrek, foto-foto demi eksitensi di dunia maya, mungkin.

Sementara saya dan Om Bush tetap melenggang santai bersama Supriati (nama motor Om Bush). Kami memutuskan untuk tidak singgah dan berbelok ke kiri di jalan Datu Museng. Senja yang indah sekedar bayangan saja, dia malu-malu menampakkan diri karena mendung mendahuluinya sore ini. 

Di pertigaan yang merupakan pertemuan jalan Datu Museng dan jalan Lamdukelleng ada penjual banana press atau lebih dikenal dengan pisang epe dan jagung bakar. Dulu saya pernah singgah di sini bersama teman makan jagung bakar. Setiap makan yang enak dan tidak bersama suami selalu ada rasa bersalah. Jadinya selalu berjanji dalam hati akan mengajak doi makan di tempat itu. Pun sebaliknya. Karena gak jadi nongkrong di Losari akhirnya saya ngajak Om Bush nongkrong di pisang epe Lamadukelleng.

Setelah menunggu beberapa saat, pesanan kami pun datang. Om Bush memesan seporsi pisang epe banjir coklat keju milo. Dari namanya uhlalala coklat banget, bayangin manisnya saya yakin om Bush gak akan habis ini. Soalnya doi gak suka makanan atau minuman yang sangat manis. Sementara saya memesan seporsi jagung bakar pedas.

Pisang Epe dan Jagung Bakar


Dan betul saja baru menghabiskan beberapa suap, Om Bush berkali-kali harus meneguk air mineral untuk menetralkan rasa manis  di lidahnya. Akhirnya kami bertukar makanan, tapi tetap saja saya masih membantunya menghabiskan, biasalah istrinya Om Bush kadang-kadang selalu merasa kurang kalau urusan makanan hahahhaha...

Nongkrong berdua seperti ini bukanlah hal rutin yang kami lakukan. Hanya saat ketika kami sedang ada di luar kami menyempatkan singgah di suatu tempat untuk alasan kentjan. Kalau sedang diam di rumah malas sekali rasanya untuk keluar mencari makan. Om Bush lebih suka meminta saya memasak ketimbang harus mencari makan di luar sambil duduk-duduk cantik.



Pisang epe, jagung bakar telah habis, adzan pun telah berkumandang. Itu artinya mari kita pulang. Kentjan hari ini dicukupkan sampai di sini.



2 komentar:

  1. Ddeh romantisnya kaliaaaan.

    Mau ka juga pergi kentjan di pantai dehhhh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe... Mudah-mudahan bisa selalu begitu, sekalipun cuma sesekali tapi usahakan kak

      Hapus