![]() |
Sumber: movie.co.id |
Membaca review teman-teman yang telah menonton film Athirah juga
mengusik rasa penasaran saya. Senang sekali kemarin pas diajakin teman untuk
nonton kebetulan ada waktu buat bolos (*ehhh...).
“Kak, janganki cerita jellek film kalau sudahki nonton nah,” pesan
salah seorang teman yang tidak ikutan nonton saat kami akan pergi ke bioskop.
Bukan tanpa alasan dia berkata demikian, setiap habis nonton saya selalu
menceritakan apa saja yang menggangu saya di film itu. Seperti kemarin dulu
ketika selesai menonton film yang ngehits dan lucu itu katanya. Saya terheran-heran
melihat orang tertawa ngakak di adegan pertama film itu mulai. Tidak ada yang
lucu, pikirku. Kembali lagi selera orang berbeda bukan?
Kembali ke Athirah…
Beberapa adegan telah berlalu saat kami tiba di bioskop. Setelah duduk
dengan nyaman, saya mulai menikmati film ketika Athirah meletakkan ikan bandeng
dengan perasaan tidak nyaman, dia sedang hamil. Di tengah kehamilannya,
suaminya yang dipanggil dengan sebutan Puang Aji, menikah lagi. Ahhhh…
tiba-tiba sebuah rasa sesak menyusup ke dalam hati saya, beberapa bulir air
mata mulai membasahi pipi.
Rasa sakit jelas tegambar di raut muka Athirah. Sekalipun Puang Aji
menjanjikan tidak ada yang akan berubah, akan tetap menemaninya dan anak-anak
makan malam, membangunkan anak-anaknya shalat subuh. Tapi janji tinggallah
janji, Puang Aji telah punya kehidupan baru yang mengharuskan membagi waktu dan
perhatiannya. Sejak berpoligami Athirahlah yang menggantikan posisi suaminya
membangunkan anaknya shalat subuh.
Pilihan berpoligami pasti berimbas pada kehidupan anak-anak Puang Aji
dan Athirah. Hal ini terlihat jelas pada anak sulungnya, Ucu. Ucu tidak pernah
mengungkapkan penolakan Puang Aji menduakan ibunya. Dari ekspresi dan bahasa
tubuh jelas tergambar marah dan kecewa dengan pilihan ayahnya. Termasuk ketika
Ucu bermain bola dan seorang kawannya menyinggung ayahnya yang beristri dua. Sebagai
ungkapan marah yang telah bercokol di hati terhadap pilihan ayahnya, dia berkelahi
dengan temannya. Betapa berpengaruhnya orang tua ke kehidupan anak bukan?
Tiba-tiba saya teringat kejadian beberapa tahun silam sekitar tahun 2007, lima
tahun sebelum papa meninggal.
“Kalau semua anak-anak mama telah menyelesaikan kuliahnya, mama akan
menyuruh papa menikah lagi,”ujar mama suatu siang.
SAKIT. Itu yang terasa di hati saya, sedikit pun bayangan berbagi papa
tidak ingin saya hadirkan. Saya menangis, meraung sejadi-jadinya. Permohonan
maaf mama dan janji papa yang tidak akan kemana-mana tidak mampu meredakan
gejolak di dada saat itu.
Ahhh… filmnya bikin baper, mengusik sisi sensitive perempuan. Riri
Riza kali ini kembali sukses dengan filmnya.
Hal lain yang membuat saya begitu penasaran dengan film ini adalah
tanggapan teman-teman yang menyatakan film ini hening, minim dialog tapi pesan
tetap sampai ke penonton. Dan betul saja, baik Athirah maupun Ucu mengungkapkan
perasaan ke Puang Aji tanpa berkata-kata, apalagi sampai memberikan sumpah
serapah. Ekspresi dan bahasa tubuh cukup mewakili segala rasa.
Mengapa laki-laki berpoligami yah? Satu pertanyaan yang terbersit
melihat Puang Aji beristri lagi. Ketika Rasulullah SAW dulu berpoligami itu
jelas alasannya, beliau menikahi janda-janda yang telah berumur kecuali Aisyiah
RA itupun setelah istri pertamanya Khadijah RA wafat. Saya kemudian mencoba
menjawab sendiri tanya yang terbersit tadi. Ketertarikan laki-laki pada
perempuan salah satunya karena kecantikan. Pada film Athirah pun menggambarkan demikian.
Ketika Puang Aji kembali ke rumah melihat istrinya kembali berhias, waktu itu
Athirah memakai giwang yang telah disimpannya, jelas tergambar ketertarikan
Puang Aji pada istri pertamanya. Adegan ini ditutup Athirah masuk kamar disusul
Puang Aji menutup pintu kamar. Apakah Puang Aji memilih menikah lagi karena
Athirah jarang berhias lagi? Sekali lagi film ini film minim dialog, tidak ada
dialog yang menjawab pertanyaan saya tadi.
Dengan segenap sakit diduakan, Athirah adalah wanita luar biasa. Sekalipun
terpukul bukan berarti Athirah diam tinggal terpuruk. Athirah bangkit sebagai
wanita luar biasa, ibu yang harus tegar untuk anak-anaknya. Untuk membunuh
sakit (menurut saya) Athirah berdagang kain sutra dan mengumpulkan hasil
penjualannya dalam bentuk perhiasan emas, sebuah pelajaran cara berinvestasi.
Hasil investasi ini digunakan Athirah sebagai ‘balas dendam’ terhadap perlakuan
suaminya. Disaat usaha suaminya bangkrut Athirah jadi penolong Puang Aji,
seluruh investasi itu diserahkan Athirah untuk digunakan membayar gaji
karyawannya. Mengapa saya bilang ‘balas dendam’? karena keihklasan Athirahlah
yang membuat Puang Aji tertunduk dengan segenap rasa bersalahnya di hadapan
Athirah.
Satu lagi yang membuat saya sangat terkesan dengan Athirah.
Penghargaan dan rasa hormat terhadap Puang Aji sebagai suami. Dulu ketika masih
kecil, mama mengajarkan untuk tidak menggunakan perlengkapan makan papa. Setiap
saya atau kakak dan adik saya bertanya kenapa, mama hanya menjawab tidak sopan anak-anak
memakai gelas atau piring papa. Pada film ini saya melihat Athirah menyimpan
khusus di lemari perlengkapan makan suaminya. Dari sini terjawablah tanya ‘kenapa’
semasa kecil dulu.
Saat asyik menulis tentang film Athirah, seorang teman bertanya. “Film
apa itu kah kak? Tentang sekolah yah?”
Helllowwwww… Film Athirah itu film yang menceritakan ibunya Pak Jusuf
Kalla yang lebih tenar dengan sebutan JK yang bernama Athirah. Seorang wanita
luar biasa yang penuh cinta untuk keluarganya.
ikutan baper setelah nonton.. filmnya sudah selesai bapernya dibawa bawa keluar bioskop. hiks.
BalasHapusUmumnya perempuan sensi kalau masalah poligami
Hapussdikit skaliji dia bahas tentang sekolah hahha cuma bilangji "mauka bikin skolah' abis itu nda mi hihihii
BalasHapuskaaak Hj Athirahhh deeeeeeeeeeeeeeehhhhhhhhhh huhuhu
Itumi temanku haddehhhh
HapusHihi walau nama sekolah, ini bukan film tentang sekolah Nak ....
BalasHapusOya, saya juga heran, waktu nonton ka film lucu2 itu masa ada mi yang ketawa2 di awal film ....
Nah kan?
HapusBukanji saya seorang yang bilang, kakak yang pakai nama "pintar" pun bilang begitu hehehe
sa masih tidak sanggup nulis ttg film ini. terlalu banyak kontroversi yang terjadi
BalasHapusSekedar menceritakan apa yang ditonton sih kak. Tapi kalau dibawa kekehidupan sebenarnya, saya juga memilih tidak menuliskan.
HapusTakjub sama film ini..
BalasHapusIya kak, sy jarang-jarang nonton film Indonesia dan sy suka
Hapus