Sebelum ilmu pengetahuan berkembang,
ketika penyakit infeksi belum diketahui penyebabnya, orang zaman dahulu sudah
meyakini penyakit itu ada sebabnya. Kutukan dewa diyakini sebagai penyebab
utama, hukuman atas dosa. Kemudian Hipocrates membuat sebuah hipotesis. Penyakit
itu disebabkan oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Anggapan ini masih
dipakai sampai sekarang dan telah terbukti melalui penelitian sehingga tidak
sebatas hipotesis lagi.
Segala penyakit pasti ada sebabnya.
Termasuk penyakit infeksi, yaitu penyakit yang disebabkan oleh bakteri, jamur
ataupun virus yang sering kita kenal dengan nama kuman. Salah satu penyakit
infeksi yang sering muncul di bulan Januari atau di musim penghujan adalah
demam berdarah dengue (DBD). DBD dikenal sebagai penyakit lingkungan. Perubahan
iklim (climate change) global yang menyebabkan kenaikan rata-rata
temperatur, perubahan pola musim hujan dan kemarau juga disinyalir menyebabkan
risiko terhadap penularan DBD bahkan berisiko terhadap munculnya KLB DBD. Adanya
kenaikan Index Curah Hujan (ICH) selalu diikuti dengan kenaikan kasus DBD. Munculnya
penyakit ini juga disebabkan oleh faktor intrinsik, faktor dari dalam tubuh
penderita, yaitu sistem kekebalan tubuh dan faktor ekstrinsik, faktor yang
berasal dari luar tubuh, yaitu serangan virus.
“Apa sih DBD itu?” sebuah pertanyaan
yang saya lontarkan pada warga desa Lompo Tengah, sebuah desa di Kabupaten
Barru.
“Demam yang disebabkan oleh gigitan
nyamuk,” jawab salah seorang peserta penyuluhan. Sebuah jawaban yang tidak salah,
namun juga kurang tepat.
DBD disebabkan
oleh virus dengue, yaitu Arthrophod borne
virus, family Flaviviridae, genus flavivirus. Virus ini memiliki 4 serotipe, yaitu Terdapat
empat serotipe virus yang disebut DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN- 4 telah
ditemukan di berbagai wilayah Indonesia. Bila seseorang pernah terinfeksi
dengan DEN-1 maka di dalam tubuhnya mempunyai antibody IgG (kekebalan) terhadap
DEN-1. Sehingga seseorang tidak akan terinfeksi lagi virus dengue serotype DEN-1.
Namun kekebalan ini tidak memberikan kekebalan silang terhadap DEN-2, DEN-3 dan
DEN-4.
Penyakit ini
disebabkan oleh virus namun perpindahannya dari orang ke orang melalui gigitan
nyamuk Aedes (Ae) aegypti. Siklus penularan
ini dikenal dengan siklus urban dengue (dengue kota), manusia – nyamuk –
manusia. Selain siklus ini juga dikenal siklus jungle dengue (dengue hutan), manusia – nyamuk – monyet – nyamuk –
manusia.nyamuk yang berperan dalam penularan ini adalah Aedes albopictus.
Aedes aegypti
tersebar luas di daerah tropis dan subtropics termasuk Indonesia, hingga
ketinggian ± 1000 meter dari permukaan laut. Kemampuan terbang nyamuk betina rata-rata 40 meter, maksimal 100
meter. Nyamuk Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil dibandingkan
nyamuk rumah, memiliki bintik-bintik putih pada badannya terutama pada bagian
punggung. Aedes aegypti aktif pada siang hari mulai terbit matahari
sampai sore (09.00 – 10.00 dan 16.00 – 17.00).
Nyamuk Ae. aegypty berkembang biak dia air jernih yang tergenang. Tempat penampungan air untuk
keperluan sehari-hari baik di dalam maupun di luar rumah, antara lain ember,
drum, tempayan, bak mandi/WC, dan lainya. Nyamuk juga berkembang biak di tempat
penampungan air bukan untuk keperluan
sehari-hari, antara lain tempat minum burung, vas bunga, perangkap semut, barang
bekas, talang air dan lainnya. Selain
itu nyamuk juga dapat berkembang biak di tempat penampungan alamiah, seperti
lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, potongan bambu,
pelepah pisang, dan lainya.
![]() |
Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti (Sumber: http://gejalademamberdarah.com/wp-content/uploads/2012/07/DBD.jpg ) |
Setiap kali bertelur, Ae. Aegypty menghasilkan telur 100-200 butir
telur. Telur-telur ini memiliki waktu 1-2 hari untuk memasuki masa larva. Larva
atau jentik nyamuk yang aktif bergerak membutuhkan waktu 5-7 hari untuk berkembang
menjadi kepompong. Kepompong yang berada di permukaan air membutuhkan waktu 2
hari untuk menjadi nyamuk dewasa.
Nyamuk Aedes betina terinfeksi virus dengue
pada saat nyamuk menghisap darah dari seseorang yang sedang dalam fase demam
akut (viremia) yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul. Nyamuk
membawa virus 8-12 hari sesudah mengisap darah penderita yang darahnya
mengndung virus dan tetap membawa virus selama hidupnya. Kelenjar ludah nyamuk bersangkutan
akan terinfeksi dan virusnya akan ditularkan ketika nyamuk tersebut menggigit dan mengeluarkan cairan
ludahnya ke dalam luka gigitan ke tubuh orang lain.
Setelah masa inkubasi di tubuh manusia timbul
gejala awal penyakit secara mendadak, ditandai demam secara tiba-tiba (2-7
hari). Demam ini memiliki karakteristik yang spesifik. 3 hari pertama demam
mencapai 40 0C namun kembali turun 37 0C pada hari ke
4-5. Pada masa ini merupakan fase kritis. Banyak yang mengira penderita mulai
membaik, namun pada fase ini banyak terjadi kematian. Setelah melalui fase
kritis, hari ke 6-7 suhu tubuh kembali naik yang merupakan penderita memasuki
fase penyembuhan. Demam ini biasanya dapat disertai sakit kepala, nyeri otot
dan persendian,
sakit belakang bola mata. Gejala
lain yang timbul berupa manifestasi perdarahan seperti uji torniket positif,
bintik perdarahan (petechie),
mimisan, gusi berdarah, muntah darah, BAB berdarah. Penurunan jumlah trombosit
100.000/mm3. Tanda-tanda kebocoran plasma bisa berupa peningkatan hematokrit ≥ 20% dari nilai baseline, efusi
pleura, ascites, dan atau hypoproteinemia/ hipo albuminemia.
Ketika menemukan gejala awal DBD seperti
demam spesifik, pertolongan pertama yang bisa dilakukan minum air putih
sebanyak-banyaknya, menurunkan demam dengan kompres, memberikan obat penurun
panas, segera bawa ke puskesmas atau fasilitas kesehatan.
Hal terbaik yang bisa dilakukan agar tidak
terjangkit penyakit DBD adalah pencegahan. Kata bijaknya, mencegah lebih baik
dari pada mengobati. Pencegahan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
pencegahan terhadap diri sendiri dan pencegahan terhadap nyamuk. Pencegahan terhadap
diri sendiri dapat dilakukan dengan memperbaiki daya tahan tubuh, misalnya
makan makanan bergizi, istirahat dan olahraga yang cukup. Sedangkan pencegahan
terhadap nyamuk dapat dilakukan dengan 3M plus. 3M adalah menutup tempat
penampungan air, menguras tempat penampungan air seperti bak mandi sekali
seminggu, mengubur barang-barang yang mungkin bisa menampung air, seperti botol
dan kaleng bekas (bagian mengubur barang bekas saya tidak setuju, saya lebih
memilih menggunakan barang-barang bekas ini untuk pemanfaatan yang lain).
Pencegahan plus selain 3M dapat berupa membunuh
jentik nyamuk dengan menaburkan bubuk abate pada penampungan air yang susah
untuk dikuras, memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, mengusir nyamuk
menggunakan obat nyamuk, mencegah gigitan nyamuk dengan menggunakan krim atau
minyak gosok anti nyamuk, memasang kawat kasa pada lubang angina, tidak
membiasakan menggantung pakaian, dan memanfaatkan barang-barang bekas seperti
botol dan kaleng bekas yang masih bisa digunakan.
“Mencegah itu gratis ibu-ibu, tapi kalau
sudah sakit harus mi ki bayar, apalagi tidak adami Jamkesda,”
ucap seorang petugas kesehatan pada saat penyuluhan di Barru beberapa hari yang
lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar